Edisi Gempa Bumi - 1. "Sikap kebiasaan sehari-hari sangatlah penting" | Kuliah Manajemen Resiko untuk Warga Mancanegara | JPSS, Website informasi belajar di Jepang

Edisi Gempa Bumi - 1. "Sikap kebiasaan sehari-hari sangatlah penting&quo...

FacebookInstagram
Jika Anda lulus fungsi perekrutan Anda akan mendapat kesempatan untuk mendapatkan beasiswa

> > > > "Sikap kebiasaan sehari-hari sangatlah penting"

Kuliah Manajemen Resiko untuk Warga Mancanegara

Pendaftaran gratis

Dengan registrasi secara cuma-cuma Anda bisa mendapatkan kesempatan studi di Jepang terbaik

【JPSS dipilih karena】
  1. Beasiswa terbatas untuk member yang telah registrasi di JPSS
  2. Perekrutan langsung dari universitas
  3. Informasi studi di Jepang berkualitas tinggi

Untuk detilnya silakan klik ini

Untuk yang sudah menjadi anggota login dari sini

"Sikap kebiasaan sehari-hari sangatlah penting"

Pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 14:46 terjadi gempa bumi skala besar dengan kekuatan 9.0 (getaran terbesar 7) dengan pusat gempa berada di dasar laut lepas pantai Prefektur Iwate, yang menyebabkan dampak yang besar di Jepang Timur, terutama wilayah Kanto. Sekitar 400.000 bangunan mengalami hancur total atau separoh hancur, dan 18.524 jiwa tak tertolong akibat tsunami, tanah longsor dan lainnya. Jumlah pengungsi mencapai 400.000 orang lebih.

Pada tahun 2004 juga terjadi gempa besar di Prefektur Niigata, dimana banyak pelajar mancanegara yang menderita dampak bencana.

Mahasiswa Malaysia (saat itu, kuliah tahun ke-4 Univ. Sains & Teknologi Nagaoka)

"(Terhadap pertanyaan apakah saat itu memiliki pengetahuan tentang gempa) Saya hanya pernah melihat di TV, kalau terjadi gempa harus bersembunyi di kolong meja. Saya menjadi panik. Meskipun ada pengetahuan prosedur mitigasi bencana, tidak bisa sama persis dengan teorinya, bukan?"

Mahasiswa Thailand (saat itu, kuliah tahun ke-4 Univ. Sains & Teknologi Nagaoka)

"Pada detik-detik itu, situasi benar-benar menjadi panik. Setelah itu masih berlanjut getaran yang kuat, sehingga selama berjam-jam saya tak bisa tenang. Badan saya terselamatkan, tetapi secara psikologis masih menyisakan kekhawatiran.

Mahasiswa China (saat itu, kuliah tahun ke-3 Univ. Nagaoka)

"Pada saat gelas dan piring di depan mata berjatuhan, pertamanya saya tidak mengerti apa yang terjadi. Karena tak ada orang, staf wanita 3 orang saling memeluk, berteriak-teriak dan duduk di lantai." "Sekarang yang saya inginkan adalah nasehat tentang itu. Kalau tak ada pengetahuan sama sekali tentang apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa, memang mengerikan."

(Artikel wawancara: Majalah Bulanan AJIA NO TOMO, Edisi Desember 2004)

PageTop

Yang dituturkan para mahasiswa itu adalah kondisi panik pada detik-detik terjadinya gempa. Orang Jepang yang tinggal di negara yang sering terjadi gempa dari masih SD sudah ikut latihan mitigasi bencana beberapa kali di sekolah, dan sejak kecil sudah mengalami beberapa kali gempa kekuatan kecil dan menengah, sehingga jika terdengar suara krakk didalam ruangan, langsung terpikir "Gempa?". Dan jika ternyata memang gempa, secara reflek langsung berpikir untuk menutup katup gas, membuka pintu, dan sebagainya.

Tetapi bagi mereka yang datang dari negara yang jarang ada gempa, meskipun ada getaran besar sulit terpikirkan dalam sekejap bahwa itu mungkin gempa. Seperti yang dialami mahasiswa diatas, tidak mengerti apa yang terjadi sehingga menjadi panik. Seperti halnya mahasiswa yang dari China, pada detik-detik terjadinya gempa ia tak bisa mengambil tindakan apa-apa dan hanya bisa duduk di lantai. Jika seperti itu, dan di sekitarnya terjadi kebakaran atau barang jatuh dari atas, tentunya sangat berbahaya.

Meskipun prosedur mitigasi bencana sudah dipelajari, dalam situasi tidak tenang tak akan ada artinya. Karena itu, meskipun sulit untuk tidak panik, penting diupayakan bagaimana agar mengurangi kepanikan.

PageTop

Kuncinya adalah selalu "bersinggungan" dengan gempa pada kehidupan yang normal. Di sini yang dimaksud dengan "bersinggungan" dengan gempa adalah tidak melupakan keberadaan gempa dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu takut yang berlebihan. Akan tetapi, tak cukup dengan pengetahuan tentang apakah itu gempa, bila terjadi apa yang harus dilakukan, tetapi perlu juga memiliki pengalaman langsung.

Mari kita memiliki pengalaman langsung terhadap gempa.

Setiap prefektur memiliki Pusat Mitigasi Bencana atau Gedung Mitigasi Bencana, yang menyediakan paviliun untuk memiliki pengalaman tentang gempa, memadamkan api, dsb. Di situ kita bisa memiliki pengalaman tentang kondisi gempa yang sebenarnya dan memadamkan api dengan alat pemadam, serta dapat mempelajari tentang pernapasan buatan dan pijat jantung.

Kita perlu berkunjung ke prasarana seperti ini beberapa kali dalam setahun. Bersinggungan dengan gempa dalam kehidupan yang normal, dengan mengalami sendiri, melihat sendiri dan merasakan sendiri sangatlah penting.

PageTop

  Index Page  |  Next >>

Panduan untuk beasiswa

Mencari tempat belajar di luar negeri

Pilih jenis sekolah

Universitas
Pasca sarjana
Sekolah kejuruan
Junior college
semua sekolah
自分の適性を調べて、今後の進路を考えてみよう。軽いゲーム感覚で40の質問に答えてね。